Pages

Friday, November 7, 2014

Kenali Anak Pra-Remaja

Perubahan Pada Anak Saat Memasuki Usia Pra-Remaja Yang Harus Diketahui Oleh Orang Tua

Pertumbuhan anak pada usia pra-remaja/tunas remaja, biasanya umur 12-14 tahun atau pada saat masa SMP (Sekolah Menengah Pertama), terkadang mengejutkan bagi orang tua. Mereka berubah secara cepat, baik secara jasmani, mental, emosi dan rohani. Sehingga orang tua menjadi tidak mengenali mereka. Orang tua harusnya mencoba memahami perubahan yang terjadi pada anaknya, bukanlah menghalangi pertumbuhan tersebut. Secara tubuh anak pra-remaja berkembang menjadi seperti orang dewasa. akan tetapi dari segi kejiwaan mereka masih anak-anak. Dan hal ini terkadang membingungkan mereka, karena meskipun mereka tidak dianggap menjadi anak-anak, tetapi mereka belum diterima di lingkungan orang dewasa. Orang tua haruslah mengerti perubahan yang terjadi pada anak usia pra-remaja, menerima dan membimbing mereka menjadi lebih dewasa. Perubahan yang ada apa saja dapat kita lihat sebagai berikut:

Yayasan ATMA
Biarkan mereka berkembang dalam bimbingan orang tua akan membuat mereka menjadi berprestasi

1. Perubahan pada ciri khas jasmani

  1. Pertumbuhan fisik berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan. Mereka merasa resah karena hal tersebut, untuk itu mereka membutuhkan perhatian dan pengertian, serta makanan yang bergizi.
  2. Berat dan tinggi badan anak perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat dibanding anak laki- laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini amat peka akan keadaan fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan yang sehat, jangan biarkan mereka (termasuk gurunya) membuat gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak ini. 
  3. Sudah mulai mengalami proses kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai mengalami mensturasi. Orang tua sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan memberikan waktu untuk berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka malu berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri.
  4. Pita suara semakin dewasa, yang menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian anak laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, orang tua dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau suara mereka mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan pada mereka, tapi bukan dengan paksaan.
  5. Pertumbuhan jasmani yang pesat mengakibatkan gerak-gerik anak pra-remaja menjadi kurang lincah, misalnya: mudah menumpahkan sesuatu, kakinya tersandung, dsb. Masa ini dapat menjadi masa usia dimana mereka seringkali merasa kikuk. Oleh karena itu orang tua sebaiknya bersikap sabar dan penuh pengertian pada mereka.
  6. Memasuki masa remaja, anak-anak ini tidak lagi terlalu suka melakukan berbagai permainan/kegiatan yang menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka (seperti layaknya dilakukan oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang cenderung menyukai permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan tertentu serta menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.

2. Perubahan secara mental 

  1. Usia pra-remaja merupakan usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi orang tua untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.
  2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. orang tua sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb.
  3. Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila memungkinkan, guru di sekolah dapat menghadirkan “tokoh” dalam diskusi tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang berada di rumah dapat mengajak berdiskusi secara langsung, atau juga bisa memberikan contoh dengan bantuan video.
  4. Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.
  5. Mereka masih suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia pra-remaja ini dapat bertemu dengan orang- orang yang dapat menantangnya dan menunjukkan mereka kehidupan yang nyata.
  6. Mereka mulai peka melihat dan mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek. Meskipun anak pra-remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah, kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar — seperti yang diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru dan orang tua harus acapkali menekankan pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya mereka.

3. Perubahan secara emosi 

  1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru atau orang tua sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan “alasan logis” pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra-remaja ini.
  2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru atau orang tua yang dapat menjadi “teman baik” mereka dalam menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.

4. Perubahan secara sosial 

  1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar Allah mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tsb. Selain itu peran orang tua harus turut serta menjadi "teman" anak usia pra-remaja, sehingga orang tua sendiri mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh anak mereka. Dan tentunya dapat memberikan jawaban dan nasehat yang bijaksana.
  2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Orang tua haruslah membimbing putra dan putri mereka mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Mengenai pacaran yang sehat dan bahayanya pergaulan bebas.

0 comments:

Post a Comment