Pages

Thursday, July 10, 2014

Mempertanyakan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Kota Layak Anak (part 1)

Konferensi KLA (Kota Layak Anak) di Surakarta

Karnaval Kota Layak Anak


Konferensi Internasional ke-2 Kota Layak Anak (KLA) Asia Pasifik (International Conference on 2nd Child Friendly Asia Pacific) yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bertempat di kota Surakarta mengusung tema Partisipasi Anak (Engaging Child) dengan melibatkan peserta dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik.  Acara yang berlangsung selama 3 (tiga) hari sejak tanggal 30 Juni sampai dengan 2 Juli 2011 lalu cukup menarik simpati masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Penyelenggaraan konferensi ini diharapkan ada komitment dan peran aktif stakeholder dari pemerintah, lembaga legislatif, yudikatif, masyarakat, maupun dunia usaha. Karena tujuan ini tidak akan terwujud jika tidak ada komitment dan sinergi dari para pemangku kepentingan. Pengembangan KLA bertujuan untuk membangun insiatif pemerintah kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak anak. Terpilihnya kota Surakarta sebagai tuan rumah penyelenggara konferensi ini tidak terlepas dari adanya komitment yang tinggi dari pemerintah kota untuk mengembangkan kota Surakarta sebagai kota yang layak anak. Tidak terlupakan adalah peran serta masyarakat yang mendukung terwujudnya kota Surakarta mencapai tujuan KLA.

 Rangkaian kemeriahan acara ini diisi dengan karnaval yang diikuti oleh perwakilan anak-anak di berbagai wilayah di nusantara, lebih dari 2000 anak berpartisipasi menyukseskan acara ini. Antusiasme masyarakat ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat turun ke jalan untuk melihat karnaval tersebut. Selain pertunjukan seni budaya anak, dan karnaval juga diselenggarakan diskusi panel anak sebagai warga negara aktif, workshop pelibatan anak secara aktif dan pandangan anak, sharing pengalaman beberapa negara dalam pengembangan KLA,  simposium anak dan pengurangan risiko bencana. Dalam forum tersebut anak mengungkapkan apa yang menjadi harapan dan keinginannya. Pada dasarnya anak-anak ingin suaranya didengar oleh para pemangku kepentingan juga pengambil kebijakan. Kemeriahan rangkaian kegiatan konferensi didukung dengan berlangsungnya beberapa event yang bersamaan yakni pertemuan tahunan Forum Anak Nasional (FAN), gerakan menanam pohon bersama anak di Taman Balekambang, peringatan hari anak nasional dan hari keluarga nasional, jambore anak tingkat Propinsi Jawa Tengah, Solo International Performing Arts (SIPA) sebagai salah satu pertunjukan seni dan budaya yang turut mewarnai  kegiatan konferensi.

Konferensi secara resmi dibuka oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (menneg PP) Linda Amalia Sari Gumelar. Dalam sambutannya ia menegaskan negara Indonesia berkomitment untuk mempercepat pemenuhan hak – hak anak dengan mengembangkan kabupaten/kota layak anak (KLA). Ini sebagai bentuk kesepakatan pemerintah atas deklarasi “World Fit for Children” (dunia yang ramah/layak anak) untuk mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Negara – negara yang berpartisipasi dalam acara ini turut mempresentasikan konsep pengembangan KLA di negaranya berikut kendala dan keberhasilan dalam mengembangkan dunia yang ramah anak. Sebagai contoh negara Australia memaparkan konsep KLA dari anak untuk anak. Australia membuat renovasi taman bermain semua kerativitas ide berasal dari anak dan dirumuskan oleh seorang arsitek untuk mengaplikasikan ide-ide anak. Di Indonesia, contohnya di Jakarta terdapat perpustakaan untuk anak dengan konsep sesuai keinginan anak digagas oleh seorang arsitek dan pengajar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia bernama Paramitha Atmodiwirjo.

Artikel Mempertanyakan ABH di KLA
Part 2

0 comments:

Post a Comment